Sabtu, 28 September 2013

Teacher or Hero ? BOTH

Filled under:

Aku ingin menceritakan salah satu guru favoritku di sekolahku saat ini
SMA NEGERI 2 LUMAJANG.


Beliau bernama pak Sulistiono, termasuk salah satu guru tua yang berpengalaman di sekolahku. Aku masih belum tahu dimana dan kapan beliau dilahirkan, tapi aku tahu kalau umurnya sudah pasti lebih dari 50 tahun. Beliau adalah guru mata pelajaran Kimia.

Saat pertama kali beliau memperkenalkan diri sebagai wali kelasku, yang bisa kulihat dari diri beliau adalah fisiknya yang lemah, seperti memiliki penyakit akut, dan ternyata itu benar. Suaranya pun sedikit lirih, namun masih bisa terdengar. Beliau tak pernah tersenyum, walau ada hal lucu yang terjadi. Beliau pun sulit mendengar suara temanku yang berada jauh di bagian belakang kelas. Aku bisa menyimpulkan bahwa beliau ini benar-benar sudah mau pensiun.

Ada suatu waktu dimana di tengah pelajaran yang sedang berlangsung, beliau memegangi bagian kanan perutnya, dan terlihat menahan sakit, kemudian beliau keluar dari kelas dan menuju ke UKS. Aku dan teman-teman menganggapnya sebagai sakit perut yang biasa, dan mungkin beliau akan segera kembali. Namun, setelah beberapa waktu berselang, ambulans sekolah pun keluar dari garasi dan pergi keluar sekolah. Kami pun bertanya-tanya, dan tak merasa khawatir sama sekali. Kemudian datanglah guru Kimia yang jadi "anak buah" pak Sulis, yaitu bu Fitri. Dia bercerita pada kami tentang pak Sulis.

Ternyata beliau memiliki penyakit liver yang terbilang sudah akut, dan sudah bolak-balik keluar dari beberapa rumah sakit untuk menyembuhkannya. Dan terkadang, penyakit itu kumat.
Setelah mengetahui hal itu, aku dan teman-teman pun mulai bersimpati terhadap beliau, dan sedikit-sedikit berusaha menghargai guru yang terlihat lemah itu.

Tapi ternyata cukup sulit juga, karena beliau cukup killer juga, tapi tidak terlalu pemarah. Beliau tak pernah tersenyum di saat apapun. Tulisannya di papan tulis pun jelek, sulit untuk dibaca. Gaya mengajarnya dan pelajaran yang diberikannya pun sulit untuk dimengerti Setiap pelajaran Kimia, aku dan teman-teman seperti sedang Senam Jantung, takut diberi pertanyaan yang cukup sulit oleh beliau. Ulangan yang diberikan pun soal-soalnya selalu sulit. Kelas lain yang gurunya berbeda, dalam suatu bab pelajaran Kimia bisa mendapat nilai-nilai yang baik. Sedangkan kelas kami, nilainya bisa dibilang hancur.

Namun lama kelamaan, sikap beliau terhadap kami mulai berubah. Beliau sering bercerita, sehingga suasana kelas tidak lagi membosankan. Beliau pernah bercerita bahwa dia menderita penyakit yang akut sejak masih muda, kalau tidak salah saat SMA. Beliau adalah mantan atlit karate. Entah karena keajaiban atau keindahan takdir Tuhan, beliau memiliki istri yang memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit 2 kali lipat dari manusia biasa, sehingga istrinya tak pernah sakit pilek, flu, batuk, dan penyakit ringan lainnya. Setelah tahu semua itu, aku berpikir, bahwa mungkin itulah yang dinamakan saling melengkapi satu sama lain. Yang satu sakit parah, yang satunya kebal terhadap penyakit, sehingga bisa menjaga yang sakit. Subhanallah.

Yang paling membahagiakan adalah di saat menjelang akhir-akhir semester. Beliau sering sekali tersenyum, dan senyumannya sungguh terlihat tulus dari dalam hatinya. Jujur, aku sungguh bahagia melihat beliau tersenyum lebar setelah sekian lama tak seperti itu.


He's an old teacher. 
His good experiences make us proud of him. 
His sad experiences bring us to tears. 
But his love story is romantic.


I can't tell how perfect you are and how far the gap between you and i as a human.
Maybe, you're my perfect role example, and my hero in senior high school. 




From SEPATU RODA Sepuluh Satu Reguler of SMADA  to Mr. Sulistiono
with much love and respect


0 komentar:

Posting Komentar